Assalamu'alaikum Mei
Bulan kelahiran yang masih ku harapkan membawa suatu perubahan
Setelah 22 tahun berlalu dengan liku
Tak kian jemu aku pautkan pengharapan terbesarku kepadamu
Kiranya semua orang pun tahu
Banyak diantara mereka bergumam soal beruntungnya menjadi aku
Yang mampu mendapatkan apapun yang ku mau
Dan kemudian mereka menyentak dengan intonasi mendadak tinggi
bahwa mengapa aku tak bersyukur pandai-pandai
Assalamu'alaikum Mei
Ku hantarkan sekecup rasa terimakasih
Untuk atribut hidupku yang masih lengkap
Dengan keluarga dan orang-orang terbaik
Dengan gelap dan terangnya pergaulan yang terlewati
Dengan seribu kisah hidup orang lain yang ku jadikan cermin
untuk sekedar ku petik pelajaran dari sebuah sebab-akibat
Terimakasih telah melahirkan ku menjadi sosok yang keras berfikir
Dengan keras kemauan dan keras pendirian
Dengan lidah yang tajam dan lugas
Dengan hati dan kepala yang sekeras batu
Dengan tegasnya sikap dan kejamnya keputusan yang sering
ku buat sepihak
Semata untuk melindungi diri
Dari sebuah penyesalan dan kekecewaan
Walau sekecil apapun kadarnya
Sebenarnya takkan mampu ku hadapi sendiri
Assalamu'alaikum Mei
Usiaku kini bertanggalkan satu tahun lagi
365 hari, 8760 jam, 525.600 menit dan 31536000 detik
Umurku bukan belia lagi
Yang dimana masih menangis karena cinta monyet yang tandus
Atau menjerit karena telat bales SMS 10 menit
Atau tergiur dengan wajah rupawan hingga lupa tatakrama setia
Atau tergiur dengan wajah rupawan hingga lupa tatakrama setia
Perjalanan mengajariku banyak hal
termasuk cara memperlakukan cinta dengan dewasa
Tak cukup sekedar sabar dan menunggu
Butuh perbaikan diri untuk menemukan yang benar-benar baik
Dan menerima kenyataan yang seadanya dengan dada yang lapang
Bahwa hidup tak seindah cerita Puteri Nirmala dari Negeri Dongeng
Assalamu'alaikum Mei
Kini aku sedang merangkak untuk menjadi pengusaha mandiri
Setelah 7 kursi perusahaan pernah ku duduki
Ribuan manusia sudah pernah ku temui
Dari mulai yang berwajah satu
Sampai seorang manusia yang berwajah seribu
Akan menjadi bekal bahwa sebagai perempuan
Tak cukup sekedar bisa membawa diri tetapi juga
Harus pintar membaca manusia dan memanusiakan manusia
Assalamu'alaikum Mei
Terimakasih sudah mengirimkan banyak hadiah
Rejeki luar biasa yang bertubi-tubi Tuhan hujankan untukku
Dengan cara yang Tuhan mau dan pada waktu yang Tuhan restu
Jikalau aku masih diperbolehkan meminta
Ada sepotong harap soal doa
Bahwa aku (masih) mendambakan kemerdekaan
Merdeka dalam menentukan jalan
Merdeka dalam berambisi
Merdeka dalam meraih galaksi nun tinggi dikepala
Assalamu'alaikum Mei
Tak semua orang paham bahwa
Ku gantungkan sederet ambisi
Yang sebeneranya siap ku perjuangkan
Hingga titik penghabisan
Hingga pojok isi perut bumi
Dengan tekad dan modal berani
Secuil kemampuan dan segenap pengalaman
Dan seonggok wawasan yang ku cermati
Dengan mental 100% siap bertempur
Memasang dada dengan apapun yang kelak menerjang
Tapi mengapa, Mei...
Pun hingga detik ini kemerdekaan itu masih
sekedar wacana dalam kertas?
Yang tak kunjung terlaksana dan terbangun megah?
Assalamu'alaikum Mei
Sekiranya aku mencintai ambisiku melebihi diriku sendiri
Dengan catatan paling kasihan
Bahwa mengapa aku mampu dapatkan semua
Kecuali kebebasan berambisi itu?
Dengan keterbatasan restu yang melintang
Dari dua orang terpenting yang selama ini merawatku
Kasihan
Aku kasihan pada diriku ini
Sampai kapan?
Harus setua apa agar bisa ku kibarkan bendera?
Assalamu'alaikum Mei
Dengan diri yang ku rendahkan
Kepala yang ku tundukkan
Aku tajamkan doa ku kepada Tuhan
Kiranya kelak Ia sudi merubah keadaan
Yang selama ini ku kemas rapi dalam setiap sujud
Mungkin Tuhan masih inginkanku menunggu
atau sekedar megajarkan
arti keserakahan yang dilarang
Bahwa aku (masih) mendambakan kemerdekaan
Merdeka dalam menentukan jalan
Merdeka dalam berambisi
Merdeka dalam meraih galaksi nun tinggi dikepala
Assalamu'alaikum Mei
Tak semua orang paham bahwa
Ku gantungkan sederet ambisi
Yang sebeneranya siap ku perjuangkan
Hingga titik penghabisan
Hingga pojok isi perut bumi
Dengan tekad dan modal berani
Secuil kemampuan dan segenap pengalaman
Dan seonggok wawasan yang ku cermati
Dengan mental 100% siap bertempur
Memasang dada dengan apapun yang kelak menerjang
Tapi mengapa, Mei...
Pun hingga detik ini kemerdekaan itu masih
sekedar wacana dalam kertas?
Yang tak kunjung terlaksana dan terbangun megah?
Assalamu'alaikum Mei
Sekiranya aku mencintai ambisiku melebihi diriku sendiri
Dengan catatan paling kasihan
Bahwa mengapa aku mampu dapatkan semua
Kecuali kebebasan berambisi itu?
Dengan keterbatasan restu yang melintang
Dari dua orang terpenting yang selama ini merawatku
Kasihan
Aku kasihan pada diriku ini
Sampai kapan?
Harus setua apa agar bisa ku kibarkan bendera?
Assalamu'alaikum Mei
Dengan diri yang ku rendahkan
Kepala yang ku tundukkan
Aku tajamkan doa ku kepada Tuhan
Kiranya kelak Ia sudi merubah keadaan
Yang selama ini ku kemas rapi dalam setiap sujud
Mungkin Tuhan masih inginkanku menunggu
atau sekedar megajarkan
arti keserakahan yang dilarang