Sebelum saya masuk ke dunia perhotelan, saya disibukkan dengan kursi kantoran. Duduk di depan komputer mantengin sistem perusahaan dengan sederet angka rupiah yang menjadi PR keseharian, dari pagi hingga sore. Hingga akhirnya saya jenuh, saya putuskan untuk melamar kerja di tempat baru dengan posisi baru. Dan masuklah di dunia perhotelan.
Untuk dapat bekerja di hotel sebenarnya butuh pengalaman minimal setahun. Ya, kalau kamu beruntung, pengalam 3 bulan pun masih bisa di rekrut, yang penting kamu bisa bikin HRM sreg saat menginterview kamu. Syarat pasti untuk dapat bekerja di hotel adalah penampilan dan kemampuan berbahasa. Itu hukum mutlak, ngga bisa di nego-nego.
Saat memasuki dunia hotel, terutama Front Office, kita akan diajarkan pula soal keungan atau administrasi. Lagi-lagi saya berhadapan dengan uang. Ada banyak sekali kosakata perhotelan yang harus dipelajari betul-betul. Ketika awal saya bekerja di hotel, saya diberikan buku tebal hampir 1000 lembar kalau tidak salah, yang isinya menyangkut detail pekerjaan, perbendaharaan kata sampai aturan hotel pada umumnya. Kesan saya pertama kali adalah, gila.
Untuk dapat bekerja di hotel sebenarnya butuh pengalaman minimal setahun. Ya, kalau kamu beruntung, pengalam 3 bulan pun masih bisa di rekrut, yang penting kamu bisa bikin HRM sreg saat menginterview kamu. Syarat pasti untuk dapat bekerja di hotel adalah penampilan dan kemampuan berbahasa. Itu hukum mutlak, ngga bisa di nego-nego.
- Penampilan: ketika kamu menjadi tim oprasional hotel, kamu akan menemui banyak peraturan untuk membuat kamu berpenampilan menarik dan rapih dan juga wangi. Mau tidak mau, ribet tidak ribet. Dari mulai rambut harus diapain, standard grooming seperti apa, memakai sepatu yang bagaimana, berheels lancip atau kotak, dengan standar tinggi heels yang juga ditetapkan, memerlukan stocking atau tidak, makeup yang harus nempel terus sampe pulang, kadang ada beberapa hotel yang menyeleksi warna lipstik dan eyeshadow, sampai porsi berat badan pun harus diperhatikan, kadang pula ada juga hotel yang memperhatikan tinggi badan. hampir sama seperti rekrutan pramugari atau tim operasional dikapal pesiar pada umumnya.
- Kemampuan Berbahasa; kalau berat badan kamu kelebihan beberapa kilo dari standar hotel (misalnya), atau kamu merasa tidak berpenampilan menarik, tetapi kamu fasih berbahasa asing (pada umumnya, bahasa inggris), tidak menutup kemungkinan kamu bisa lolos untuk dapat bekerja di hotel. Kemampuan berbahasa asing bagaikan ilmu ajaib yang menyelamatkanmu dari proses interview. Karena kebanyakan hotel, akan menginterview kandidatnya dalam bahasa inggris. Dan setiap hotel di negara manapun, akan mengapresiasi calon kandidat yang bisa berbahasa lebih dari satu. Tapi, balik lagi kepada tim rekruiter ingin mencari kandidat yang total-packaged atau half-packaged. Jadi kadang, bisa berbahasa pun tidak menjajikanmu dapat bekerja di hotel. Begitupun sebaliknya. Modal cantik doang tetapi tidak memiliki kemampuan, buat apa?
Dengan tidak dibekali pengalaman hotel manapun, waktu itu saya diberi kesempatan duduk di posisi Guest Relations Officer. Selevel dengan supervisor. Kaget, karena saya belum ada basis hotel sama sekali. Guest Relations Officer masuk dalam departemen Front Office. Jadi, kalau ada yang bilang "saya bekerja di hotel sebagai front office" itu pernyataan salah. Karena Front Office adalah nama departemen, yang di dalamnya masih ada struktur organisasi dan posisi.
Sempat seram mendengarnya karena saya belum ada modal apapun dan sudah disejajarkan dengan supervisor, tapi ternyata menjadi Guest Relations Officer itu sangat menyenangkan ketika saya jalani.
Kalau kamu bekerja di hotel-hotel berbintang 5 di Jakarta dan posisimu adalah Guest Relations Officer, siap-siap dandan cantik dan wangi. Karena kamu akan bertemu orang-orang VIP atau tamu-tamu penting. Contohnya, saat hotel kedatangan presiden atau menteri, tamu kenegaraan atau pemerintahan, tamu besar perusahaan yang biasanya expats atau orang asing atau pula selebritis, kamu lah orang pertama yang akan menyambut dan mengobrol dengan mereka.
Guest Relations Officer harus memiliki kartu nama sendiri untuk bertukar kartu nama dengan tamu VIP nya. Menjadi Guest Relations Officer harus punya bekal komunikasi yang tidak sembarangan. Jangan pemalu jangan pula malu-maluin. Menjadi GRO wajib berwawasan luas, lebih cerdas dan aktif diantara teman-teman satu departmentmu. Karena yang dihadepin bukan tamu ecek-ecek, toh?
Semua tim operasional hotel harus memiliki bakat berbicara yang baik dan berkepriadian yang sopan namun tetap menyenangkan.
Dan, jangan lupa kamera untuk bisa berfoto bareng dengan tamu VIP. Tapi, lihat dulu ya apakah si tamu ini easy-going atau berkepala dingin. Pintar-pintar baca karakter tamu, itu juga menjadi nilai harus sebagai tim operasional hotel.
Jenjang karir bekerja di hotel bisa dibilang cukup cepat. Misalnya, kamu sudah bekerja di Front Office Department 2 tahun dan Food & Beverages Department 2 tahun juga, kamu bisa promosikan diri menjadi Duty Manager. Kadang, nggak perlu selama itu harus mengais ilmu, ketika kamu dinilai berpotensi, maka tim Department Heads akan mempertimbangkanmu.
Biasanya, disetiap hotel diadakan The Best Employee of The Year atau karyawan terbaik tahunan. Karyawan hotel akan menerima sertifikat dan penghargaan (entah dalam bentuk materiil atau piagam kecil). Yang penting bukanlah penghargaannya tetapi sertifikatnya. Alat perang paling ampuh saat melamar di hotel baru. Harga mu juga bisa lebih mahal dari sebelumnya.
Bekerja di hotel harus pandai-pandai jaga porsi badan. Karena ketika kamu bekerja di tempat ini, siapkan perut karet untuk menampung makanan 4 sehat 5 sempurna setiap hari. Belum lagi, kalau pergaulanmu baik, terutama dengan department pemilik segala makanan enak nan mahal, Food & Beverages Department, kamu bisa kongkalikong dengan mereka untuk icip-icip masakan mereka yang sudah siap saji. Kebayang dong enaknya, ketika tamu membayar ratusan ribu untuk sekali makan dan kita bisa mendapatkan dengan cuma-cuma, gimana berat badan tidak melonjak seketika?
Sebenanya hal ini dilarang, tetapi semuanya tergantung diri kita masing-masing. Kalau mereka senang dengan kita, dengan suka hati mereka memberi kita makanan enak dengan cuma-cuma. Nggak bilang siapa-siapa :p Tetapi kalau sebaliknya, jangan musuhi mereka. Kita sadar diri aja. Itu makanan untuk dijual, bukan untuk konsumsi karyawan. Jadi? ya harus bayar! Lol.
Biasanya, kamu akan diberikan masa belajar atau probation period selama tiga bulan. Saran saya, jangan terpaku dengan buku atau tulisan atau materi training yang diberikan. Agar lebih cepat menguasai, sebaiknya langsung terjun ke lapangan dan perhatikan seniormu kerja. Karena masa tenggangmu selama tiga bulan itu akan terasa sangat sebentar.
Untuk sejauh ini saya belum menemukan situs yang menyediakan kosakata perhotelan yang lebih lengkap, tetapi bisa di cek disini untuk gambaran aja.
Anak perhotelan sering kebingungan kalau ditanya "gajinya berapa sebulan?" Karena nilai pasti atau pendapatan aktual seorang karyawan hotel perbulannya tidak pernah sama. Bayaran karyawan hotel tergantung persentasi okupensi atau revenue. Dinilai dari ramainya hotel atau jumlah kamar yang terjual, tingginya harga kamar, banyaknya jumlah kamar disertai beragam fasilitas, dan semakin sedikit jumah karyawan, maka pendapatan karyawan hotel semakin melejit. "Emang berapa sih, kira-kira?" Kira-kiranya kita sendiri bingung menyebutkan nominal dari angka berapa. Tetapi yang jelas, kalau gaya hidupmu sederhana saja, setidaknya bayaranmu sebulan cukup untuk mencicil mobil.
Oh iya, bayaran karyawan hotel biasanya tidak lepas juga dari status karyawan di hotel tersebut. Dalam perhotelan, ada istilah Daily Worker (DW), Casual, Training, Kontrak dan Organik alias permanen.
Semakin populer nama sebuah hotel, semakin susah pula perekrutannya. Contohnya seperti The Ritz Carlton yang masih tergabung dengan The Marriots. International hotel chain yang satu ini benar-benar menyeleksi ketat calon karyawannya. Untuk sekedar apply atau naro lamarannya aja harus melalui 8-9 tahap dulu, kalau tidak salah. Sama seperti perekrutan tim awak kabin di Garuda Indonesia. Bisa dibilang mudah, bisa dibilang ribet. Kalau kamu terbiasa apply di perusahaan internasional kelas kakap seperti The Ritz ini, mungkin 9 tahap itu terdengar lumrah. Karena biasanya, perusahaan yang sudah mejuru dunia seperti ini tidak menggembor-gemborkan lowongan pekerjaan di situs iklan lowongan kerja. Mereka biasanya memiliki wadah sendiri untuk mengumumkan posisi apa saja yang sedang kosong di tempat mereka. Dan yang saya sebutkan tadi, 8 - 9 tahap harus dilalui.
Saya sempat deg-degan ketika saya berada di section (tahap) 6, ada berpuluh-puluh pertanyaan dalam bahasa inggris yang berdurasi. Pertanyaan seputaran hotel dan insiden-insiden perumpamaan dengan opsi jawaban yang menjebak dan hampir persis. Seru sih. Karena ketika saya melamar di The Emirates (dengan nominal gaji 10X lipat lebih tinggi), tidak ada tes pertanyaan sampai puluhan seperti itu. walau mereka sama seperti The Ritz, harus melalui tahap-tahap ribet untuk sekedar apply. Itu pun belum tentu dipanggil untuk interview atau sekedar pre-screening.
Pahitnya bekerja di hotel ialah jarang pulang tepat waktu. Biasanya tim perdepartemen mengharuskan karyawannya untuk briefing sebelum pulang, dengan tujuan pengalihan tugas ke shift berikutnya agar tidak terjadi miskomunikasi. Selain itu, untuk yang bekerja di leisure hotel atau hotel tempat pariwisata, setiap tanggal merah atau long weekend kita tidak diperbolehkan untuk ambil libur. Contohnya seperti lebaran yang berlangsung 3-4 hari, karyawan leisure hotel biasanya hanya dapat libur 1 hari saja. Berbeda dengan business hotel, yang tamu-tamunya kebanyakan adalah pekerja atau karyawan. Saat libur tiba, kita diperbolekan mengambil libur juga. Karena pada saat itu, hotel pun sepi. Dan mulai ramai kembali saat weekdays atau hari-hari kerja. Tetapi tetap, saat karyawan hotel ingin mengambil libur sesuai kebutuhannya, karyawan diwajibkan mengecek dahulu expected arrival ditanggal ia libur. kalau ramai akan banyak kedatangan tamu, ya rencana libur itu mau nggak mau di cancel dan diganti dihari lain.
Dibilang lelah ya lelah. Untuk yang awam dengan pekerjaan ini, biasanya menyepelekan orang-orang yang bekerja di hotel.Sering saya dengar "Ngapain kuliah perhotelan mahal-mahal kalau akhirnya jadi babu di hotel tukang ngelayanin?" Saya mau luruskan kalimat itu disini walaupun saya tidak kuliah perhotelan.
Pertama, sekolah perhotelan mahal, oke. Tetapi bisa dibayar lunas alias balik modal dengan pendapatan bulanan ketika bekerja di hotel. Asal pinter cari hotel berkelas dan kita memiliki kualitas diri yang baik, nilai kita bisa mahal. Biaya kuliah dulu? Bisa ketutup. Mengingat juga jenjang karir yang melejit pesat. Jadi tidak perlu khawatir. Tinggal 'bagusin' diri dan fokus kerja.
Kedua, babu tukang ngelayanin. Kalau ditilas balik, dimana pun kita bekerja, setinggi apapun jabatan diperusahaan itu, kita tetap babu. Tetap pembantu. Karyawan adalah babu dari supervisor. Supervisor adalah babu dari asisten menejer. Asisten menejer adalah babu dari menejer. Menejer adalah babu dari jendral menejer. Jendral menejer adalah babu dari direktur. Direktur adalah babu dari presiden. Presiden adalah babu dari CEO atau founder. Maka letak babu mana lagi yang masih disepelekan? Selama masih digaji, ya kita babu. Kalau sudah menggaji, mereka yang babu.
Merasa dunia perhotelan adalah karakter yang pas dengan saya, saya sudah malas meilirik kursi-kursi kantoran lagi. Karena saya orang yang senang bertemu orang baru, saya suka sekali berkomunikasi dan juga mendengarkan. Terlebih saya memiliki kesempatan bertemu tamu-tamu VIP. Jadi kalau kamu tipikal orang yang cuek, pemalu dan pendengar yang malas, hotel bukanlah jawaban yang tepat untuk disinggahi.DItambah lagi, saya memiliki cita-cita untuk bekerja di maskapai penerbangan dari Asia Tengah sana. Yang dimana denger-denger, kandidat yang memiliki pengalaman dibidang hospitality lebih disukai. Kalau bekerja di hotel tanpa passion, tanpa tujuan / target, pasti deh kerjanya sering ngome-ngomel. Karena ketika bekerja di hotel, yang kita pakai adalah hati dan minat. So, untuk yang mau terjun ke dunia perhotelan make sure lagi, tanya lagi hatinya. Goodluck!
Untuk sejauh ini saya belum menemukan situs yang menyediakan kosakata perhotelan yang lebih lengkap, tetapi bisa di cek disini untuk gambaran aja.
Anak perhotelan sering kebingungan kalau ditanya "gajinya berapa sebulan?" Karena nilai pasti atau pendapatan aktual seorang karyawan hotel perbulannya tidak pernah sama. Bayaran karyawan hotel tergantung persentasi okupensi atau revenue. Dinilai dari ramainya hotel atau jumlah kamar yang terjual, tingginya harga kamar, banyaknya jumlah kamar disertai beragam fasilitas, dan semakin sedikit jumah karyawan, maka pendapatan karyawan hotel semakin melejit. "Emang berapa sih, kira-kira?" Kira-kiranya kita sendiri bingung menyebutkan nominal dari angka berapa. Tetapi yang jelas, kalau gaya hidupmu sederhana saja, setidaknya bayaranmu sebulan cukup untuk mencicil mobil.
Oh iya, bayaran karyawan hotel biasanya tidak lepas juga dari status karyawan di hotel tersebut. Dalam perhotelan, ada istilah Daily Worker (DW), Casual, Training, Kontrak dan Organik alias permanen.
- Daily Worker: Diperuntukan untuk karyawan baru yang tidak memiliki basis hotel sebelumnya atau basis hotel yang menurut tim HRD kurang alias masih banyak yang harus diasah. DW dibayar harian tapi tetap digaji secara bulanan. Artinya, kalau DW suatu hari mendadak sakit misalnya dan mengharuskan tidak masuk kerja, seorang DW tidak akan dibayar selama jumlah hari ia tidak masuk kerja. Di beberapa hotel, absensi dan cara penggajian DW biasanya berbeda dari karyawan Kontrak dan permanen. DW tetap dapat fasilitas serupa dengan karyawan lain kecuali fasilitas asuransi kesehatan dan lain-lain. Sedihnya, tidak semua hotel memberikan service charge kepada DW. Artinya, seorang DW hanya mendapatkan gaji pokok tanpa uang servis yang biasanya dikebanyakan hotel bisa bernilai 2X lipat dari gaji pokok. Lumayan kan selisihnya? Nasib seorang DW dalam perhotelan memang seperti anak tiri. Biasanya berlangsung selama 3 bulan atau bahkan ada yang sampai 9 bulan dan bahkan parahnya sampai tahunan. Ada beberapa hotel yang cepat sigap menaikkan status karyawan DW seiring karyawan tersebut berkinerja baik. Adapula hotel yang mengulur-ulur waktu walaupun si DW sudah bekerja sesuai SOP bahkan loyalitas tanpa batas sering ia laksanakan. Maka baiknya, saat proses interview, jangan sungkan menanyakan sampai kapan DW diterapkan di hotel yang kamu lamar. Baiknya juga bikin perjanjian dan selama masa probation yang diberikan, tunjukan kinerjamu agar kamu pantas menuntut naik.
- Casual: Casual biasanya hanya dibutuhkan saat high-season saja seperti lebaran, natal, tahun baru atau tanggal-tanggal merah lainnya. Selepas high-season berakhir, karyawan casual tidak lagi dibutuhkan. Bayaran casual saya kurang paham. Tapi yang jelas, di hotel sebelumnya saya bekerja, karyawan casual hanya dipanggil saat hotel ramai dan kekurangan tenaga kerja. Kemudian saat tidak lagi dibutuhkan, karyawan casual dipulangkan dan menunggu panggilan dari hotel kembali saat hotel membutuhkannya lagi.
- Training: Training adalah anak-anak sekolah menengah kejuruan yang sedang mencari sertifikat untuk melengkapi syarat kelulusannya. Anak training tidak menerima bayaran sepeserpun dari pihak hotel. Tetapi tetap menerima fasilitas yang serupa dengan karyawan hotel pada umumnya seperti makan 1x untuk 1 shift. Kerja anak training pun seharusnya tidak melebihi kapasitas senior atau karyawan hotel itu sendiri. Jadi, anak training seharusnya hanya membantu pekerjaan seniornya saja, bukan benar-benar 100% pekerjaan hotel ditanggung olehnya sendiri.
- Kontrak: Kontrak hotel pada umumnya adalah setahun. Dan akan diperpanjang sesuai kebijakan tim menejemen. Status kontrak akan diberikan kepada karyawan yang sebelumnya sudah memiliki pengalaman dibidang yang sama. Fasilitas karyawan kontrak ini jauh lebih lengkap dari fasilitas DW dan Casual pastinya. Sebagai karyawan kontrak, gaji pokoknya sudah pasti lebih tinggi dari karyawan No. 1 & 2. Karyawan kontrak akan menerima service charge full 100% masuk ke rekeningnya. Diikuti uang embel-embel ini dan itu sesuai hitungan hotel. Jadi, karyawan kontrak bisa dibilang karyawan makmur. Ada pula jaminan kesehatan yang diberikan. Tak jarang juga, tempat tinggalpun disediakan untuk karyawan rantau yang berasal dari luar kota.
- Permanen / Organik: Status karyawan ini biasanya dimiliki oleh menejer-menejer atau kepala-kepala department. Kadang ada juga supervisor yang sudah bisa menyandang gelar organik ini. Detail dari status ini saya kurang begitu paham. Yang jelas, karyawan permanen akan mendapatkan dana pensiun ketika umurnya sudah tidak produktif lagi untuk bekerja
Semakin populer nama sebuah hotel, semakin susah pula perekrutannya. Contohnya seperti The Ritz Carlton yang masih tergabung dengan The Marriots. International hotel chain yang satu ini benar-benar menyeleksi ketat calon karyawannya. Untuk sekedar apply atau naro lamarannya aja harus melalui 8-9 tahap dulu, kalau tidak salah. Sama seperti perekrutan tim awak kabin di Garuda Indonesia. Bisa dibilang mudah, bisa dibilang ribet. Kalau kamu terbiasa apply di perusahaan internasional kelas kakap seperti The Ritz ini, mungkin 9 tahap itu terdengar lumrah. Karena biasanya, perusahaan yang sudah mejuru dunia seperti ini tidak menggembor-gemborkan lowongan pekerjaan di situs iklan lowongan kerja. Mereka biasanya memiliki wadah sendiri untuk mengumumkan posisi apa saja yang sedang kosong di tempat mereka. Dan yang saya sebutkan tadi, 8 - 9 tahap harus dilalui.
Saya sempat deg-degan ketika saya berada di section (tahap) 6, ada berpuluh-puluh pertanyaan dalam bahasa inggris yang berdurasi. Pertanyaan seputaran hotel dan insiden-insiden perumpamaan dengan opsi jawaban yang menjebak dan hampir persis. Seru sih. Karena ketika saya melamar di The Emirates (dengan nominal gaji 10X lipat lebih tinggi), tidak ada tes pertanyaan sampai puluhan seperti itu. walau mereka sama seperti The Ritz, harus melalui tahap-tahap ribet untuk sekedar apply. Itu pun belum tentu dipanggil untuk interview atau sekedar pre-screening.
Pahitnya bekerja di hotel ialah jarang pulang tepat waktu. Biasanya tim perdepartemen mengharuskan karyawannya untuk briefing sebelum pulang, dengan tujuan pengalihan tugas ke shift berikutnya agar tidak terjadi miskomunikasi. Selain itu, untuk yang bekerja di leisure hotel atau hotel tempat pariwisata, setiap tanggal merah atau long weekend kita tidak diperbolehkan untuk ambil libur. Contohnya seperti lebaran yang berlangsung 3-4 hari, karyawan leisure hotel biasanya hanya dapat libur 1 hari saja. Berbeda dengan business hotel, yang tamu-tamunya kebanyakan adalah pekerja atau karyawan. Saat libur tiba, kita diperbolekan mengambil libur juga. Karena pada saat itu, hotel pun sepi. Dan mulai ramai kembali saat weekdays atau hari-hari kerja. Tetapi tetap, saat karyawan hotel ingin mengambil libur sesuai kebutuhannya, karyawan diwajibkan mengecek dahulu expected arrival ditanggal ia libur. kalau ramai akan banyak kedatangan tamu, ya rencana libur itu mau nggak mau di cancel dan diganti dihari lain.
Dibilang lelah ya lelah. Untuk yang awam dengan pekerjaan ini, biasanya menyepelekan orang-orang yang bekerja di hotel.Sering saya dengar "Ngapain kuliah perhotelan mahal-mahal kalau akhirnya jadi babu di hotel tukang ngelayanin?" Saya mau luruskan kalimat itu disini walaupun saya tidak kuliah perhotelan.
Pertama, sekolah perhotelan mahal, oke. Tetapi bisa dibayar lunas alias balik modal dengan pendapatan bulanan ketika bekerja di hotel. Asal pinter cari hotel berkelas dan kita memiliki kualitas diri yang baik, nilai kita bisa mahal. Biaya kuliah dulu? Bisa ketutup. Mengingat juga jenjang karir yang melejit pesat. Jadi tidak perlu khawatir. Tinggal 'bagusin' diri dan fokus kerja.
Kedua, babu tukang ngelayanin. Kalau ditilas balik, dimana pun kita bekerja, setinggi apapun jabatan diperusahaan itu, kita tetap babu. Tetap pembantu. Karyawan adalah babu dari supervisor. Supervisor adalah babu dari asisten menejer. Asisten menejer adalah babu dari menejer. Menejer adalah babu dari jendral menejer. Jendral menejer adalah babu dari direktur. Direktur adalah babu dari presiden. Presiden adalah babu dari CEO atau founder. Maka letak babu mana lagi yang masih disepelekan? Selama masih digaji, ya kita babu. Kalau sudah menggaji, mereka yang babu.
Merasa dunia perhotelan adalah karakter yang pas dengan saya, saya sudah malas meilirik kursi-kursi kantoran lagi. Karena saya orang yang senang bertemu orang baru, saya suka sekali berkomunikasi dan juga mendengarkan. Terlebih saya memiliki kesempatan bertemu tamu-tamu VIP. Jadi kalau kamu tipikal orang yang cuek, pemalu dan pendengar yang malas, hotel bukanlah jawaban yang tepat untuk disinggahi.DItambah lagi, saya memiliki cita-cita untuk bekerja di maskapai penerbangan dari Asia Tengah sana. Yang dimana denger-denger, kandidat yang memiliki pengalaman dibidang hospitality lebih disukai. Kalau bekerja di hotel tanpa passion, tanpa tujuan / target, pasti deh kerjanya sering ngome-ngomel. Karena ketika bekerja di hotel, yang kita pakai adalah hati dan minat. So, untuk yang mau terjun ke dunia perhotelan make sure lagi, tanya lagi hatinya. Goodluck!
kak boleh minta contact person atau alamat emailnya ga?
ReplyDeleteaku pengen tanya2 ttg dunia perhotelan hehe
kak, dulu kuliah dimana? trs sekarang kerja di hotel mana?
ReplyDeleteBeruntungnya kakak :) Saya lulusan Bahasa Inggris, sudah apply (beberapa malah re-apply) hampir ke semua hotel di kota saya dan tidak ada satupun panggilan. Saya sampai kepikiran buat sekolah perhotelan demi kejar karir impian (tapi mikir umur juga, secara udah sarjana). Ada tips kah kak? :( Saya udah ga tau harus buar cover letter yg gimana lagi buat bikin HRD tertarik :(
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteBantu jawab ya kak.
DeleteSalam kenal sebelumnya, saya juga dari basic sarjana non perhotelan dan saya belum ada pengalaman kerja hotel sama sekali.
Awalnya saya coba apply ke berbagai hotel bintang 4-5, beberapa kali dipanggil interview, sudah sampai final int ke HM tapi memang mereka selektif sekali jadi ga pernah ditawarin taken kontrak (biarpun saya lulusan univ negeri ternama tapi non experience hotel). Kemudian saya coba daftar chain hotel bintang 3 dan lolos. Sekarang saya mau upgrade ke hotel bintang 5, lebih gampang karena sudah ada pengalaman.
Saran saya kamu ga perlu kuliah perhotelan lagi. Kalo mau apply lihat dulu syarat lowongannya, hotel bintang 5 biasanya cuma mau ngambil experience min 1-2 th. Jadi turunan sedikit ya standarnya, coba dulu dari hotel bintang 3-4 yg nerima fresh graduate. Dan buatlah apply letter yang menarik pake bhs inggris, karena itu jurusan kmu sebelumnya.
Semua hotelier itu adalah hard worker yang mau mulai dari nol, tapi kebanyakan lulusan sarjana adalah fresh graduate non experience yang bermimpi pengen gaji gede dan kerja enak enak aja. Jadi buktiin ke hrd nya kalo kamu bukan begitu, dan banyak2in ramah ke orang, karena hrd bisa bedain orang yang ramah dari hati atau di buat2.
Sukses ya ambil karir di perhotelannya
kalau sebagai stewardess di kitchen apa di haruskan menguasai bahasa inggris juga?
ReplyDeleteKak ini saya kan udah daftar DW di hotel mana aja. Tapi pertanyaan ny untuk mencapai stage DW knp kog serasa susah ya kk. Padahal saya sudah antusias, dan saya juga menjelaskan apa saja dg detail dan menyeluruh yang saya dapatkan slm training dan pengalaman saya slm menjadi Casual. Mohon di komen kk
ReplyDeleteKirim comment Ny ke email ku kk @naf21@yahoo.com
ReplyDeleteSaya sudah 2 tahun jadi Dw gak pernah di tawarin jadi staff
ReplyDeleteMudah mudahan saya jadi DW
ReplyDelete